Halaman

Selasa, 04 September 2012

Ketika Kau Percaya

Ketika Kau Percaya, seingatku ini adalah judul lagu dari salah satu band di Indonesia, yang saat ini masih eksis namanya, tapi entah kenapa aku gak bisa ngenalin vokalisnya karna yang sekarang ini uda punya rambut.
Ketika Kau Percaya, bukan tentang judulnya yang ingin ku tuliskan disini, bukan karna aku juga uda lupa lagunya gimana. Aku nulis ini karna udah 4 hari aku berada di tanah Cilegon, menjemput ilmu seiring berusaha meniti karir dari bawah. Tapi aku merasa ada jiwa yang masih belum mengikhlaskanku secara utuh. Jiwa yang juga aku tahu begitu sayang padaku. Jiwa yang begitupun aku sangat menyayanginya, serta was-was tentang keadaan dirinya di luar sana. Bahkan sering dalam lamunanku di seling materi yang tengah ku ikuti, aku ingin tahu bagaimana keadaannya. Ingin menyalakan HP yang wajib dimatikan untuk sekedar melihat apakah ada SMS dari dirinya.
Ketika Kau Percaya, kenapa judul ini yang ku pilih?
Karena aku tahu, ada bagian dalam dirinya yang tak percaya pada diriku atas jarak yang saat ini menjadi bagian dari hari kami. Sangat terbaca dari sms-sms yang dikirimnya. Ketus, seakan sengaja mencari celah salahku dimana. Entah sms ku terlalu pendek, entah tanpa tanda tanya sehingga dia gak tahu ingin membalas apa. Atau juga karna aku terlalu lama membalas sms nya. Lalu kemudian dia menganggap itu karna aku gak mau sms kepadanya.
Apa memang demikian? 
Tentu aja bukan begitu. Aku sms dengan senormal-normalnya aku sms, jika memang kesan yang timbul demikian, aku berani sumpah bahwa itu jelas diluar sadarku. Mungkin karna kelelahan seharian harus menguras otak untuk bertahan disini, menahan letih dan kantuk mendengarkan materi, menjaga kepercayaan orang-orang yang telah percaya padaku, tidak cuma pihak perusahaan, tapi juga keluargaku, keluarga dia, dan tentu saja dia. Aku disini karna mereka.
Kadang aku lelah, dengan ngambeknya dia, sungguh sangat menambah lelah yang memang sudah ku miliki dengan rutinitas yang baru saja aku mencoba untuk beradaptasi. Aku lelah menjelaskan selalu hal-hal yang sama, hal yang telah berulang kali aku katakan, bahwa aku disini karna dirinya pula. Dan bukankah sudah seharusnya dia mendukungku? Bukan justru mematahkan hatiku dengan membuatku tidak tenang, semakin tidak tenang karna marahnya.
Apakah kelelahan karna aku sudah tidak mencintainya? Aku berani bersumpah bahwa bukan itu, karena pada awalnya aku disinipun juga karena dirinya. Demi berada di tanah Jawa dan berada di dekat dirinya. Meskipun tanah Cilegon ini ternyata tidak sedekat yang kami bayangkan. Tapi aku berusaha untuk tetap menjaga itu.
Tapi apa ternyata masih belum cukup?
Aku tidak butuh dibebaskan, karena pada awal kita ingin berkomitmen aku sudah pernah berkata, aku butuh diikat untuk menjaga langkahku. Tapi bukan ikatan yang mencekik leherku dengan sangat kuatnya. Karna jika tak mati karna menahan diri, tentu aku ingin mencari cara untuk menyelamatkan diri.
Aku ingin kau yang memilikiku, jadi jangan pernah berpikir bahwa hanya kau yang mencintai, sedang aku seperti buah yang tinggi, di luar jangkauanmu. Karna tanpa kau petik pun aku telah dengan suka rela untuk menjatuhkan diriku tuk dapat kau miliki.
I'm Here To Stay, Nurul Ika Fauziah


1 komentar: