Halaman

Selasa, 20 September 2011

Untukmu

untukmu, yang sekarang aku tlah mampu tuk memanggil hatimu
ku yakin dulu kau pernah membaca sedikit tulisan senduku, tentang seseorang yang ku rindukan
bidadari di seberang lautan yang aku hanya mampu melihatnya dalam hatiku
dan kini entah aku yang mampu tuk menyebrangi jarak jauh itu, mengejarnya
entah dia yang merelakan egonya tuk menungguku datang meski langkahku perlahan
dan dia adalah dirimu

untukmu, yang sekarang tlah mampu tuk ku genggam erat tanganmu
pernahkah pula kau menyadari rapuhnya diriku atas rindu pada seseorang yang tak mampu ku tahu itu siapa?
itu adalah hal yang sangat menyenangkan, buatku mampu tuk bermain khayalan dan kata-kata indah
bukan hanya sekedar kumpulan kata yang terolah oleh jiwa, melainkan itulah sendiri jiwaku yang terolah oleh kerinduan
dan rindu itu selalu untukmu

untukmu...
pernahkah kau membaca rasa resahku tuk segera melihatmu dengan mata cekungku ini
tuk mengajakmu menyusuri jalan-jalan baru
menelusuri entah setapak berkerikil, ataupun jalan-jalan dengan lampu-lampu taman yang bercahaya, menyinari
itu bukan hanya sekedar rayuan gombal, lalu ku lupakan ketika ku rasa semua tak perlu
karna planet kecil ini pun tak cukup untuk itu
bahkan ketika hari-hariku tlah terbiasa melihatmu sepanjang hariku
maka rinduku untuk bertemu denganmu ku jalani setiap detikku

untukmu



Nurul Ika Fauziah