Halaman

Kamis, 27 September 2012

Berbeda bahasa, satu rumpun jua

Hari ini training sebenarnya tidak terlalu banyak hal yang bisa diceritakan. Selain bahwa di hari setelah gaji pertama didapatkan, tiga orang trainee mengundurkan diri, entah karena alasan apa. Kalo aku berpikir mungkin saja mereka mendapatkan peluang yang lebih besar di tempat lain, kesempatan untuk mendapatkan balasan yang sesuai dengan kontribusi yang akan mereka berikan. Karena dengan masa training yang cukup panjang ini tentu kami harus sedikit bersabar memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan ini.
Selain itu, hari ini kami mendapatkan training dari FFM, FFM sendiri bisa dianggap merupakan kepala perusahaan dari PT. Pundi Kencana, dengan kepemilikan saham 51%. Training hari ini adalah 5S. Untuk penjelasan apa itu 5S mungkin nanti dibahas di tulisan khusus mengenai itu. Karena aku ingin bercerita mengenai kejadian setelah training dari FFM, yaitu dari Factory Manager, Bapak Mustafa, seorang warga negara Malaysia, yang bercerita mengenai banyak hal. Dari Nafsu vs Akal, sampai dengan bahasa Indonesia dan Malaysia yang berbeda-beda, kadang sama, namun bisa pula berbeda jauh.
Pada awalnya Pak Cik Mus meminta feedback dari kami mengenai training yang diberikan Pak Panner, hingga dari sana cerita pun bermula. Dia bercerita bahwa dia sangat mengagumi Indonesia, khususnya keindahan bahasa yang ada di Indonesia ini, bagaimana jika dibandingkan dengan Malaysia negaranya, Indonesia memiliki struktur kata yang lebih modern dan bagus. Kemudian bagaimana di Indonesia, meskipun terdapat sangat banyak suku, entah Jawa, Sunda, Melayu, Batak, dan banyak lagi suku lainnya. Namun mereka tetap menyebut diri mereka sebagai Bangsa Indonesia.
Tanpa sadar, ketika dia menyebut bangsa Indonesia, aku merasa sangat bangga menjadi salah satu bagian dari bangsa ini, dan saat ini mendengar perkataan tersebut langsung dari warga negara, yang lebih banyak aku dengar hujatan kepada negaranya karena banyak kasus antara Indonesia dan Malaysia yang juga sering ku dengar.
Lanjut dengan persoalan bangsa, di Malaysia, mereka menyebut mereka sebagai Warga Negara Malaysia, tapi tidak dengan bangsa, di Malaysia rasa kesukuan masih sangat tinggi, sehingga mereka menyebut mereka dengan bangsa Melayu, Bangsa India, Bangsa China, seperti pemberi training tadi yang merupakan bangsa India, dan Pak Mus yang merupakan bangsa Melayu.
Kemudian bagaimana persoalan bangsa tersebut juga berpengaruh dengan bahasa nasional yang ada di Malaysia, sehingga logat dari tiap bangsa pun akan sangat berbeda, sehingga menurutnya akan sangat terlihat dari bahasanya dari bangsa mana orang tersebut. Berbeda dengan Indonesia, yang apa bila menggunakan bahasa Indonesia akan sangat sulit membedakannya. Benar saja, meskipun aku cukup mengerti bahasa melayu yang biasa disebutkan oleh pak Mus, namun aku cukup kesulitan dengan logat pak Panner, bagaimana gerakan leher, tangan dan intonasi bahasanya yang sangat jelas sekali India nya. Jika kalian pernah nonton film India, kira-kira begitulah ketika dia berbicara.
Namun dari Pak Mus, kemudian hal itu berlanjut mengenai perbandingan antara bahasa Indonesia dan Malaysia. Menyangkut pula mengenai apa yang ku katakan di awal. Bagaimana menurutnya Bahasa Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Malaysia. Sepertinya tak usah aku sebutkan apa saja perbedaannya, kalian bisa buka di internet, karena sebelumnya pun aku telah pernah membaca apa saja perbedaannya.
Perlu diketahui aku tidak menuliskan ini untuk mengejek negara tetangga, tetapi hanya menuliskan kembali aoa yang disebut justru oleh warga negaranya.
Karena mau diingkari atau gak, cukup banyak bahasanya, tata katanya yang aku mengerti, meski ada sedikit perbedaan beberapa huruf, atau bahkan sama sekali persis dengan bahasaku. Di belitung, dan beberapa kosa kata yang aku ketahui sama dengan bahasa Bangka.
Bahkan ketika aku melihat pak Mus tadi, membuatku teringat dengan seseorang yang ku kenal juga dengan nama Pak Mus pula, yaitu pak Mus mertua abang keduaku. Dengan gaya bahasa dan logat yang hampir sama.
Selain bahasa sebenarnya Pak Mus cukup banyak bercerita hal yang lain, yang cukup membuat kita malu, karena untuk urusan disiplin di Indonesia, jelas masih kalah jauh dbandingkan Malaysia, dia menyoroti bagaimana tawuran antar pelajar yang baru saja terjadi dan telah menelan 2 korban jiwa dalam 1 minggu ini di Jakarta, di Malaysia menurutnya, pelajar maupun Malaysia tidak bisa dengan gampang terlihat hal seperti itu, bahkan untuk demonstrasi sekalipun, apabila demonstrasi tersebut tidak mendapatkan izin, atau berlaku dengan tidak tertib, sanksi yang bisa didapatkan adalah dicabut status sebagai Mahasiswa. Untuk hal ini jelas kita perlu memberikan apresiasi dengan negara tetangga tersebut.
Banyak hal yang sebenarnya bisa diceritakan, tapi inti apa yang ingin ku tuliskan kali ini, sama seperti judul tulisan ini, bagaimanapun juga, suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas. Negara kita, memiliki rumpun yang sama dengan tetangga. Hingga bagaimanapun perselisihan yang ada, kebencian yang kadang tercipta, apapun saja gesekan yang terjadi. Seperti Ipin Upin yang semalam ku tonton, "kita kan serumpun, mestilah same"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar