dalam kenyataan, pagi ini aku tersadar
bukan aku,
bukan aku,
masih saja bukan aku ternyata.
mungkin
saja karna aku yang berusaha untuk mempercepat proses itu, mungkin saja
aku yang terlalu memaksakan kehendak dalam pemikiranku sendiri. meski
ternyata aku sama sekali tidak pernah memaksakan apapun kepadanya. meski
ternyata aku masih saja berusaha untuk melapangkan dada ini. berharap
ia kan bisa tuk melihat satu keinginan, harapan, ketidak logisan dari
suatu ketulusan yang coba tuk ku sandarkan pada kehadirannya di hidupku.
mencoba
memahami, mencari celah apa yang bisa ku masuki dalam hidupnya, celah
yang bisa tuk dia sandarkan padaku. berhasil memang, aku tahu ada satu
ruang yang telah ku masuki, meski aku tahu ruang itu bukan ruang yang ku
harapkan, ruang berbeda dari harapanku.
tanp ku sadari, aku
mengawasinya dalam lingkup dunia maya, mengawasi seseorang yang bahkan
aku tidak tahu apa dia mengikhlaskan semua itu, meski dia telah pernah
berkata "aku cuma tanya aja ma kamu". semua itu bukanlah hal yang bisa
untuk dijadikan standar dia tidak keberatan dengan kehadiranku, bahkan
sepertinya menikmati.
dan karna itu juga, aku mengetahui apa yang saat ini tengah dia rasakan, dan oleh ketahuan itu, aku sakit.
Iya,
bukan aku orang yang dia harapkan, jelas orang lain yang dia rindukan.
aku tak mungkin bisa marah, karna aku tahu bukan kesalahannya. bukan
tentang cinta tak pernah salah, tapi karna dia memang tak pernah
mengenalku, tak pernah merasakan kehadiranku.
dan pagi ini,
sangat ingin aku menyerah dengan semua harapan ini. aku telah terbiasa
melalui semuanya dengan mudah. aku tidak terlalu biasa untuk melakukan
sesuatu yang tidak pasti, meski mencintainya adalah sesuatu yang tidak
pasti yang dari awal telah ku sadari.
aku menyerah karna alasan
yang sederhana, karna dia tidak mengaitkanku pada suatu yang sederhana
pula. dan karena kesederhanaan itu untuk kesekian kalinya aku merasa
kecewa dengan semua ini.
aku kecewa karna aku bukanlah bagian hidupnya.
aku
kecewa, meski tak sesakit saat seseorang pernah meninggalkanku dulu,
aku kecewa karna aku tau aku telah mencintai seseorang yang tidak
merasakan hal yang sama.
cinta yang bertepuk sebelah tangan, memang sungguh menyakitkan...
sungguh menyakitkan...
13 februari 2011
Minggu, 13 Februari 2011
Rabu, 08 Desember 2010
Nyanyian Putus Asa
Ingin ku cabik, rupa dunia
Dan segala titik indahnya
Dalam kenyataan
Mengapa? Karna junjungannya maya
Ada tak nyata
Bersembunyi dalam kebinalan, tak mengaku
Tak mau tahu
Tapi tetap laju membohongiku
Ingin ku ludahi, penguasa dunia
Nista, dalam tiap putaran yang ditunjukkan
Bersembunyi kecantikan rupa
Padahal telanjang batinnya
Sukanya menunjukkan keindahan semu
Lalu menguburku
Dengan tiap deru debu
Meracuni, mengikisku
Ingin ku kiamatkan, kalau aku Tuhan
Biar tahu dunia itu
Tiap tetes kan tertampun dalam ragaku
Menunggu melepuh
Jadi nanah. Jadi darah
Biar tumpah ke wajahnya
Biar luntur kepalsuannya
Biar tahu dunia
Matilah saja,
Matilah ia
Dan segala titik indahnya
Dalam kenyataan
Mengapa? Karna junjungannya maya
Ada tak nyata
Bersembunyi dalam kebinalan, tak mengaku
Tak mau tahu
Tapi tetap laju membohongiku
Ingin ku ludahi, penguasa dunia
Nista, dalam tiap putaran yang ditunjukkan
Bersembunyi kecantikan rupa
Padahal telanjang batinnya
Sukanya menunjukkan keindahan semu
Lalu menguburku
Dengan tiap deru debu
Meracuni, mengikisku
Ingin ku kiamatkan, kalau aku Tuhan
Biar tahu dunia itu
Tiap tetes kan tertampun dalam ragaku
Menunggu melepuh
Jadi nanah. Jadi darah
Biar tumpah ke wajahnya
Biar luntur kepalsuannya
Biar tahu dunia
Matilah saja,
Matilah ia
Sabtu, 27 November 2010
Catatan Patah Hati
sekarang semua uda berubah.....
apa yang berubah?
1. aku uda sendri lagi. Jomblo? yup.... aku sedih? yup juga... namun yang paling menyedihkan karena selama 2 tahun ini aku begitu serius dalam menjalin hubungan ini. dan semua harus berakhir.
Bahkan beberapa hari setelah perpisahan yang tak pernah ku akui itu, dia telah membangun prasasti hatinya yang baru bersama pria lain.
Sakit? pasti
tapi akhirnya kini aku ngerti, bahwa gak ada yang pasti mengenai hati manusia.
Aku sangat meyakini semua yang uda terjadi antara kami selama ini, bahwa dia juga merasakan apa yang aku rasakan. jadi sekarang dia berubah...
Aku hanya bisa untuk mencoba menerima saja...
berharap semua kan baik2 aja buat aku setelah ni.... dan pastinya bakal baik2 aja... hanya aku perlu waktu buat merelakan itu semua....
Selamat tinggal kisahku yang indah....
yang berujung pedih
apa yang berubah?
1. aku uda sendri lagi. Jomblo? yup.... aku sedih? yup juga... namun yang paling menyedihkan karena selama 2 tahun ini aku begitu serius dalam menjalin hubungan ini. dan semua harus berakhir.
Bahkan beberapa hari setelah perpisahan yang tak pernah ku akui itu, dia telah membangun prasasti hatinya yang baru bersama pria lain.
Sakit? pasti
tapi akhirnya kini aku ngerti, bahwa gak ada yang pasti mengenai hati manusia.
Aku sangat meyakini semua yang uda terjadi antara kami selama ini, bahwa dia juga merasakan apa yang aku rasakan. jadi sekarang dia berubah...
Aku hanya bisa untuk mencoba menerima saja...
berharap semua kan baik2 aja buat aku setelah ni.... dan pastinya bakal baik2 aja... hanya aku perlu waktu buat merelakan itu semua....
Selamat tinggal kisahku yang indah....
yang berujung pedih
Catatan Nazwarikzan
Aku tidak tahu apa yang sangat ingin ku tulis lagi mengenai
perjalanan ini. karena aku mulai bingung pada alur yang digariskan Tuhan
padaku. Kebingungan ini bukan tanpa sebab, jelas semua dikarenakan
karna "modus operandi" dari Tuhan yang sangat tidak bisa ditebak, yaitu
merubah hati manusia. dan kini aku yang tengah menjadi korban dari Garis
Takdir yang telah ada.
Liku hidup ini dalam sebuah ruang lingkup hati, yang mereka namakan "Cinta". aku yakin setiap orang pernah merasakannya, sesuai dengan keadaan dan tingkatan usia yang ada padanya, namun yang ingin ku ceritakan bukanlah Cinta pada keluarga, karena menurutku hal itu tidak akan tergerus pada keadaan. Dan tidak akan terhapus oleh waktu. Bukan pula cinta oleh anak kecil pada barang yang disukainya, karena dengan perjalanan pikirannya akan membuatnya bertambah memahami hakikat dari benda, dan mengalami peningkatan "Objek" yang akan disukainya.,
Yang ingin ku adukan adalah cinta ketika kita mulai beranjak baligh. dan merasakan cinta pada lawan jenis yang umumnya sepantaran dengan kita (sepantaran dalam definisi masing2). Dan inilah yang tengah terjadi saat ini, kepadaku.
Aku bukanlah orang yang baru mengenal cinta untuk tahap ini, namun jelas bisa kukatakan, aku adalah orang yang baru merasakan sakitnya mencintai oleh tahap seperti ini.
Ini bukan hanya soal mencintai pada saat kita meyakini bahwa dia sempurna, tapi bagiku ini adalah soal mencintai dan mempertahankan kesetiaan yang telah tersumpah. Semenjak mengucap ikrar tuk saling merasakan rasa ini, ditunjukkan kenyataan bahwa pasangan kita sangat tidak sempurna dipandangan kita maupun orang-orang terdekat kita, Hingga saat kita menyadari bahwa untuk mempertahankan semuanya akan banyak yang harus dikorbankan.
Itulah yang aku sebut dengan cinta dan kesetiaan.
Bukan soal kita setia karena kita tengah merasakan indahnya cinta, karena itu adalah hal yang lumrah pada tiap manusia yang tengah merasakan manis-manisnya.
Tapi intinya adalah bagaimana kita tetap bertahan setia saat kita sedang tergerus keadaan, yang mengharuskan kita menghadapi sebuah persimpangan. Antara dua pilihan:
1. Mempertahankan apa yang telah, sedang, dan akan kita rasakan, atau
2. Memilih tuk berlalu dan berpikir bahwa Tuhan yang telah membuat kita tidak bisa bersatu
Karena jika bertanya padaku aku jelas tahu apa yang akan kupilih, aku akan sangat berjuang tuk membuat semua janji dan sumpah setia tuk saling mengikat diri menjadi sebuah kenyataan. Bukan hanya kata-kata saat tengah bahagia, lalu melupakan dan mencari gantinya saat "prospek" yang diharapkan mulai suram.
Karena itulah hakikat dari sebuah perjuangan demi cinta.
Bukan soal jodoh yang telah digariskan Tuhan, karena anak kecil juga tahu mengenai hal itu.
Tapi yang harus dipikirkan adalah bagaimana kita memperjuangkan jodoh kita itu menjadi kenyataan. Meski tantangan yang akan dihadapi mungkin akan sangat menyakitkan hati.
Tapi itulah perjuangan soal cinta...
Semua orang sangat ingin untuk bahagia, dalam menghadapi kehidupannya, namun apabila dalam perjalanan cintanya terdapat sandungan, apakah lumrah jika berpaling pada cinta itu kemudian mencari pelabuhan yang lain? seakan cinta seperti sebuah baju yang indah.
Pada saat kita baru memiliki, akan sangat terbayang-bayang dalam pikiran kita, tak ingin diganti meski sudah berhari-hari tidak dicuci. Namun dengan berjalannya waktu, saat baju mulai terlihat kusam, atau sudah tidak muat lagi. Kita bisa dengan mudahnya untuk membeli baju yang lain...
Ini adalah masalah hati, kesetiaan yang seharusnya menjadi harga mati. Bukan kesetiaan saat kita merasa pas dengan suasana hati. Cinta seharusnya dijadikan pegangan, bukan hanya dijadikan patokan.'
Saat pertama kali berikrar tuk setia, maka jalankan semua karena ikrar itu bukan sekedar simbolitas belaka.
Tanpa memahami semuanya, maka menurutku sangat yakinlah bahwa kita tidak pernah akan mengerti kesucian dari sebuah komitmen dan cinta.
Semoga aku, kalian, dan mereka adalah orang-orang yang bisa menghargai hakikat dari cinta dan kesetiaan.
Dan aku, tengah menjadi korban atas pemikiranku sendiri terhadap cinta dan kesetiaan. Karena aku memilih tuk setia, atas semua kejadian dan keadaan yang telah digariskan Tuhan padaku.
Pada saat semua keadaan telah berubah, aku masih memegang teguh semua janji-janji yang pernah kuucapkan, masih mengingat jelas tiap detail apa yang pernah terjadi.
Aku masih saja mempertahankan cinta dan kesetiaan yang pernah ku ikrarkan padanya. Bahkan memaksakan diri serta dirinya untuk memperjuangkan kembali semua rasa dan kenangan yang pernah terjadi...
Meski ternyata hanya aku saja yang ingin berjuang...
Dan semuanya menjadi tusukan pedang yang teramat sakit pada saat ini.
Karena dia jelas tidak memahami semua itu lagi, "Keadaan telah berubah", katanya.
Namun tidak bagiku,....
dan sekarang aku hanya bisa berdamai dengan kehidupan, menikmati tiap rasa sakit yang ada. Mencoba mencari jawaban pada Tuhan, meski entah mengapa tak kunjung ditunjukkanNya padaku.
Aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi esok, bahkan satu jam setelah ini. Mungkin rasa sakitku akan menutupi seluruh ruang hati yang sebelumnya telah kutempatkan namanya, atau mungkin justru terisi oleh lubang benci karena semua terjadi pada saat aku telah meyakininya.
Hanya satu keinginan yang pasti, aku ingin menemukan keikhlasan itu, hingga meski sakit ini tak jua hilang, sangat ingin aku tetap bisa berbahagia mengetahui dia telah menemukan prasasti janjinya yang baru.
Entah sampai kapan, "semua hanya masalah waktu", katanya.
1 hari telah lewat, 1 minggu juga sudah. sakit itu masih tetap terasa.
1 bulan, bahkan berkurangpun tidak...
1 bulan lagi, 3 bulan, 1 tahun....
10 tahun.....
atau mungkin harus seumur hidup semua sakit ini akan bersarang dalam hatiku.
Entahlah.....
Mungkin esok kan Tuhan tunjukkan jawaban padaku....
"Nazwarikzan" 11_5_09
Liku hidup ini dalam sebuah ruang lingkup hati, yang mereka namakan "Cinta". aku yakin setiap orang pernah merasakannya, sesuai dengan keadaan dan tingkatan usia yang ada padanya, namun yang ingin ku ceritakan bukanlah Cinta pada keluarga, karena menurutku hal itu tidak akan tergerus pada keadaan. Dan tidak akan terhapus oleh waktu. Bukan pula cinta oleh anak kecil pada barang yang disukainya, karena dengan perjalanan pikirannya akan membuatnya bertambah memahami hakikat dari benda, dan mengalami peningkatan "Objek" yang akan disukainya.,
Yang ingin ku adukan adalah cinta ketika kita mulai beranjak baligh. dan merasakan cinta pada lawan jenis yang umumnya sepantaran dengan kita (sepantaran dalam definisi masing2). Dan inilah yang tengah terjadi saat ini, kepadaku.
Aku bukanlah orang yang baru mengenal cinta untuk tahap ini, namun jelas bisa kukatakan, aku adalah orang yang baru merasakan sakitnya mencintai oleh tahap seperti ini.
Ini bukan hanya soal mencintai pada saat kita meyakini bahwa dia sempurna, tapi bagiku ini adalah soal mencintai dan mempertahankan kesetiaan yang telah tersumpah. Semenjak mengucap ikrar tuk saling merasakan rasa ini, ditunjukkan kenyataan bahwa pasangan kita sangat tidak sempurna dipandangan kita maupun orang-orang terdekat kita, Hingga saat kita menyadari bahwa untuk mempertahankan semuanya akan banyak yang harus dikorbankan.
Itulah yang aku sebut dengan cinta dan kesetiaan.
Bukan soal kita setia karena kita tengah merasakan indahnya cinta, karena itu adalah hal yang lumrah pada tiap manusia yang tengah merasakan manis-manisnya.
Tapi intinya adalah bagaimana kita tetap bertahan setia saat kita sedang tergerus keadaan, yang mengharuskan kita menghadapi sebuah persimpangan. Antara dua pilihan:
1. Mempertahankan apa yang telah, sedang, dan akan kita rasakan, atau
2. Memilih tuk berlalu dan berpikir bahwa Tuhan yang telah membuat kita tidak bisa bersatu
Karena jika bertanya padaku aku jelas tahu apa yang akan kupilih, aku akan sangat berjuang tuk membuat semua janji dan sumpah setia tuk saling mengikat diri menjadi sebuah kenyataan. Bukan hanya kata-kata saat tengah bahagia, lalu melupakan dan mencari gantinya saat "prospek" yang diharapkan mulai suram.
Karena itulah hakikat dari sebuah perjuangan demi cinta.
Bukan soal jodoh yang telah digariskan Tuhan, karena anak kecil juga tahu mengenai hal itu.
Tapi yang harus dipikirkan adalah bagaimana kita memperjuangkan jodoh kita itu menjadi kenyataan. Meski tantangan yang akan dihadapi mungkin akan sangat menyakitkan hati.
Tapi itulah perjuangan soal cinta...
Semua orang sangat ingin untuk bahagia, dalam menghadapi kehidupannya, namun apabila dalam perjalanan cintanya terdapat sandungan, apakah lumrah jika berpaling pada cinta itu kemudian mencari pelabuhan yang lain? seakan cinta seperti sebuah baju yang indah.
Pada saat kita baru memiliki, akan sangat terbayang-bayang dalam pikiran kita, tak ingin diganti meski sudah berhari-hari tidak dicuci. Namun dengan berjalannya waktu, saat baju mulai terlihat kusam, atau sudah tidak muat lagi. Kita bisa dengan mudahnya untuk membeli baju yang lain...
Ini adalah masalah hati, kesetiaan yang seharusnya menjadi harga mati. Bukan kesetiaan saat kita merasa pas dengan suasana hati. Cinta seharusnya dijadikan pegangan, bukan hanya dijadikan patokan.'
Saat pertama kali berikrar tuk setia, maka jalankan semua karena ikrar itu bukan sekedar simbolitas belaka.
Tanpa memahami semuanya, maka menurutku sangat yakinlah bahwa kita tidak pernah akan mengerti kesucian dari sebuah komitmen dan cinta.
Semoga aku, kalian, dan mereka adalah orang-orang yang bisa menghargai hakikat dari cinta dan kesetiaan.
Dan aku, tengah menjadi korban atas pemikiranku sendiri terhadap cinta dan kesetiaan. Karena aku memilih tuk setia, atas semua kejadian dan keadaan yang telah digariskan Tuhan padaku.
Pada saat semua keadaan telah berubah, aku masih memegang teguh semua janji-janji yang pernah kuucapkan, masih mengingat jelas tiap detail apa yang pernah terjadi.
Aku masih saja mempertahankan cinta dan kesetiaan yang pernah ku ikrarkan padanya. Bahkan memaksakan diri serta dirinya untuk memperjuangkan kembali semua rasa dan kenangan yang pernah terjadi...
Meski ternyata hanya aku saja yang ingin berjuang...
Dan semuanya menjadi tusukan pedang yang teramat sakit pada saat ini.
Karena dia jelas tidak memahami semua itu lagi, "Keadaan telah berubah", katanya.
Namun tidak bagiku,....
dan sekarang aku hanya bisa berdamai dengan kehidupan, menikmati tiap rasa sakit yang ada. Mencoba mencari jawaban pada Tuhan, meski entah mengapa tak kunjung ditunjukkanNya padaku.
Aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi esok, bahkan satu jam setelah ini. Mungkin rasa sakitku akan menutupi seluruh ruang hati yang sebelumnya telah kutempatkan namanya, atau mungkin justru terisi oleh lubang benci karena semua terjadi pada saat aku telah meyakininya.
Hanya satu keinginan yang pasti, aku ingin menemukan keikhlasan itu, hingga meski sakit ini tak jua hilang, sangat ingin aku tetap bisa berbahagia mengetahui dia telah menemukan prasasti janjinya yang baru.
Entah sampai kapan, "semua hanya masalah waktu", katanya.
1 hari telah lewat, 1 minggu juga sudah. sakit itu masih tetap terasa.
1 bulan, bahkan berkurangpun tidak...
1 bulan lagi, 3 bulan, 1 tahun....
10 tahun.....
atau mungkin harus seumur hidup semua sakit ini akan bersarang dalam hatiku.
Entahlah.....
Mungkin esok kan Tuhan tunjukkan jawaban padaku....
"Nazwarikzan" 11_5_09
Rabu, 20 Januari 2010
Tanpa Judul
Mulai terluka
Kembali, menahan perih
Lagi, tak tahu lagi...
Apa yang menjadi gambaran keadaan hati.
Kosong
Tak tahu apa bentuknya kini
Aku mati rasa
Aku terluka
Dia,
Penyebabnya....
Dia,
Hancurlah saja
Cinta
Cinta...
Mengapa kau tetap ada
Kembali, menahan perih
Lagi, tak tahu lagi...
Apa yang menjadi gambaran keadaan hati.
Kosong
Tak tahu apa bentuknya kini
Aku mati rasa
Aku terluka
Dia,
Penyebabnya....
Dia,
Hancurlah saja
Cinta
Cinta...
Mengapa kau tetap ada
Sapaan Putus asa
Angka tanggal berjalan
Menyapaku dalam putus asa
Pasrah pada keadaan
Mengajakku berkuasa sejenak
Mengacuhkan semua harapan
Dan ku berdiam karenanya
Ku bahagia dengannya
Sampai dia hilang
Tak lagi bersarang
Selain ketakutan
Tak lagi berteman
Hanyalah keputus-asaan
Menyapaku dalam putus asa
Pasrah pada keadaan
Mengajakku berkuasa sejenak
Mengacuhkan semua harapan
Dan ku berdiam karenanya
Ku bahagia dengannya
Sampai dia hilang
Tak lagi bersarang
Selain ketakutan
Tak lagi berteman
Hanyalah keputus-asaan
Selasa, 29 Desember 2009
MAU UAS
huh... uda gak berasa tahun 2009 uda mau selesai aja... sekarang uda tagl 29... dan tahun kedua jua berda di Jakarta ini...
Pulang? sering banget kepikiran gitu untuk ngisi libur semester ini, yah biarpun gak kayak teman2yang pulang seminggu sekali, pengen juga lah ngabisin waktu libur di rumah... tapi aku nyadar kok, semua itu masih agak susah, dan juga aku harus realistis ma keadaan. aku gak boleh seegois itu....
dan disinilah aku sekarang, mungkin juga bakal terus begini, sampai lebaran tahun depan.... semngat lah putra
Pulang? sering banget kepikiran gitu untuk ngisi libur semester ini, yah biarpun gak kayak teman2yang pulang seminggu sekali, pengen juga lah ngabisin waktu libur di rumah... tapi aku nyadar kok, semua itu masih agak susah, dan juga aku harus realistis ma keadaan. aku gak boleh seegois itu....
dan disinilah aku sekarang, mungkin juga bakal terus begini, sampai lebaran tahun depan.... semngat lah putra
Langganan:
Postingan (Atom)